Selasa, 02 Oktober 2012

1000 HARI DALAM KENANGAN


1000 hari terlewati
Mengenang saat kau pergi
Memenuhi panggilan Ilahi Robbi

1000 hari dalam kenangan
Melihatmu terbujur dalam pembaringan
tertidur dalam balutan putihnya kafan

1000 hari dalam kerinduan
Teringat saat  diri menggunting kukumu tiap kali memanjang
Menghabiskan sedikit waktu bersama keluarga dalam cengkerama panjang

Duhai jiwa dimana separuh dari diriku berasal,
Kepergianmu  telah memberikan kami satu lagi pembelajaran mengenai arti keikhlasan. Menjadi pengingat bahwa suatu saat kamipun nanti kan menyusul pergi. Segala memori kan selalu terpatri. Hikmah yang kau beri, Insya Allah kan menjadi safaat pada akhir nanti.

Duhai ruh yang telah kembali ke tempatnya berasal,
Semoga Dia menerangi tempat tinggalmu dengan cahayaNya dan memaafkan segala dosa. Semoga untaian doa menjadi perisaimu dan segala amalan menjadi penjagamu.

Dalam tiap bait doa kusebut namamu.
We Love You ....(31-12-09)

WE LOVE MUHAMMAD


Dear Nabiku,
Hinaan itu kembali datang
Berusaha menjatuhkan
Menistakan

Nabiku,
Kau bahkan tak memperkenankan wajahmu diabadikan
Baik dalam lukisan maupun bentuk lain kreasi tangan
Mencegah penduaan atas keesaan Tuhan
Karena hanya Dialah yang berhak diagungkan
Tapi lihatlah mereka
Mendreskripsikanmu dalam kebutaan
Menilai tanpa pengetahuan

Jika mereka hidup dalam masamu
mungkin yang kau lakukan adalah memberikan mereka senyuman
menunjukkan bahwa yang ada dihatimu hanyalah kasih sayang, bukan kebencian
seperti yang kau perlihatkan saat pengemis buta itu melecehkan

Ya Rasul kami,
Dirimu yang dijuluki Al-Amin
Bahkan sejarah yang telah menuliskan
Namun bagi mereka itu hanyalah bualan
Al Quran pun hanya dianggap sebagai karangan

Kehidupan Poligami yang kau contohkan
Yang acapkali dijadikan alat penistaan
Jika bukan merupakan takdir yang digariskan
Jika bukan dengan wanita pilihan Tuhan
Tentu Dialah yang terlebih dahulu memberikan teguran
Dan bahkan menghancurkan

Poligami itu sendiri adalah sebuah pilihan
Tertuang dalam Al Qur-an
Dengan syarat dan ketentuan
Dengan maksud dan tujuan
Dalam lingkaran yang bernama keadilan

Ya Rabb,
Aku..mereka, mungkin belum menjadi salah satu pengikut terbaiknya
Bahkan kecintaan kamipun belum sebesar cinta para syuhada dan sahabatnya
Maka buka selalu pintu hati dan pikiran kami hingga benih cinta itu kian kuat
Dan jadikanlah kami makhluk di bumi yang penuh kasih sayang dan rahmat
Amien

Senin, 17 September 2012

Seuntai Doa


Ya Allah,
Malam ini kubermunajat kepadaMu
Agar dalam sisa umurku, mohon Kau terus terangi jalanku
Bimbing aku selalu dalam setiap langkah
Dekap aku dalam gundah
Tegaskan aku dalam hidayah
Tegur aku atas salah

Ya Rabb,
Dalam kefakiranku, beri aku ilmu sebagai penuntunku
Dalam ketidaksempurnaanku, jadikanlah syukur sebagai kunci kebahagianku
Dalam kefanaanku, cukupkanlah amal yang kan menjadi pelitaku

Ya Rahman,
Damaikan jiwa yang sedang gelisah ini
Lelah mengejar hal yang tak pasti
Mendewakan duniawi
Mengagungkan pangkat dan materi
Memburu cinta yang tidak hakiki

Ya Rahim,
Jangan jadikan hati ini beku
Jangan jadikan akal ini mati
Jangan jadikan pancaindera ini sebagai pengingkar nikmat yang telah kau beri

Tuhanku,
Jika telah sampai batas waktu
Jemput aku dalam husnul hotimah
Tidurkanlah aku dalam tidur panjang yang damai
Lalu bangkitkan aku dalam senyuman

Dalam sujud kutinggikan namaMu
La ilaha Ilallah

STOP TAWURAN! PLEASE .....



Melihat beberapa cuplikan berita mengenai tawuran pelajar beberapa hari lalu, telah membuat hati ini miris. Sedih banget. Melihat mereka dengan garangnya saling berusaha menjatuhkan “lawan” . dengan pedang atau parang ditangan, dengan batu sebesar kepalan tangan atau dengan peralatan lain yang dialihfungsikan layaknya senjata perang. Memang bukan kejadian baru, tapi entah mengapa tayangan yang mengupas secara khusus mengenai tawuran ini kembali membuat diri ini berfikir. 

Pernahkah terlintas dalam benak mereka tentang dampak tawuran terhadap orang orang yang mereka cintai dan mencintai mereka, dalam hal ini keluarga secara khusus. Tentang perasaan orangtua, nenek dan anggota keluarga mereka yang sekian tahun bekerja keras demi pendidikan mereka dengan harapan bahwa mereka akan menjadi orang yang lebih baik dari orangtuanya, yang mengantar mereka ke sekolah dengan doa. Atau bahkan perasaan orang lain yang tak bersalah, yang telah menjadi korban baik fisik maupun benda atas tindakan anarkis mereka. Atau nyawa yang sekarang tidak lagi memiliki harga.

Harapan pupus hanya karena ego. Atas nama setia kawan, jiwa tersingkirkan. Akal sehat lumpuh hanya karena nafsu. Bangga jika mampu memenangi pertempuran, meskipun dalam kenyataannya semua berada dalam pihak yang kalah. Untuk bela siapa? Nama baik sekolahkah? Menjaga nama alumni yang telah menang dalam pertempuran sebelumnya?.  Tawuran selintas seperti penyakit yang telah mengakar dan sepertinya telah menjadi budaya. Melanda hampir seluruh tingkat usia, apakah para pelajar dari tingkat SMP atau SMA, mahasiswa yang seharusnya sudah memiliki pola pikir lebih dewasa , bahkan warga yang seharusnya menjadi panutan dalam hidup bermasyarakat. Mungkin usia tingkat SD saja yang masih bersih dari penyakit ini, ataukah memang sudah ada tapi belom tersorot? Naudzubillah.

Siapa yang salah? Entah. Tetapi yang pasti ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,  instansi pendidikan dan keluarga secara khususnya untuk terus melakukan pembinaan kepada bibit bibit muda negara ini.

Kematian memang takdir ilahi, satu hal yang tak bisa dipungkiri, namun jika hanya karena ego dan nafsu yang membuta telah membuat jiwa dan kebahagiaan terenggut, haruskah pertikaian tetap berlanjut?  

Tulisan ini hanya bersifat ekspresi, murni karena kesedihan jiwa yang memimpikan kedamaian di negeri tercinta ini.


Jumat, 24 Agustus 2012

Pantai bagiku dan (mungkin) untukmu


Pantai Cipanarikan , Ujung Genteng

Sunset in Belitung




Pantai adalah tempat dimana hanya ada jiwa, Tuhan dan nyanyian alam.
Tempat dimana kutemukan kedamaian
Tempat dimana kubercinta dengan kesunyian
Lihatlah pasir putihnya, memanjakan mata
Dengarlah demburan ombaknya, menenangkan jiwa

Tengoklah kekanan atau kiri
Kan kau lihat nyiur melambai
Menari dengan gemulai
Atau lihatlah barisan perahu nelayan
yang rehat sejenak di tepian
setelah berlomba dengan ikan di lautan
Indah..... sejauh mata memandang

Akan terasa lebih nikmat kala senja menjelang
Saat mentari kembali ke peraduan
Tenggelam..... dalam pesonanya yang menawan
Bertahanlah hingga rembulan datang
Rasakan sejenak belai lembut angin malam
Dan udaranya... hmmmm... hiruplah dalam
Rasakan kebersamaan antara jiwa dan alam

Pantai dalam pagi adalah sensasi
Saat kau menunggu hadirnya mentari
Dengan pasangan jiwa menemani
Dalam tautan jemari
Terdiam ... tersenyum penuh arti
Akh.. sungguh surga duniawi

(Me-who always in love)